Aplikasi Sistem
Pengaturan Elektronik pada kendaraan telah demikian pesatnya, seiring dengan
kemajuan teknologi dan tuntutan global yang mensyaratkan baik aspek pemenuhan
pengguna teknologi maupun aspek dampak lingkungannya, sehingga rancang bangun
kendaraan modern dengan Advance Technology memiliki kelebihan/keunggulan yang
mampu meningkatkan antara lain:
·
Unjuk kerja
·
Efisiensi penggunaan
bahan bakar
·
Penanggulangan dampak
lingkungan
·
Kenyamanan dan keamanan
Kendaraan dengan
fasilitas control elektronik dibandingkan dengan kendaraan konvensional
memiliki perbedaan pada piranti elektroniknya yang pada dasarnya terdiri dari beberapa
komponen, yaitu Sensor, Electronik Control Unit (ECU), dan Unit actuator.
Sensor berfungsi untuk
mengirimkan sinyal atau data ke ECU, ECU berfungsi untuk mengolah data yang
dikirimkan oleh sensor dan mengirimkan nya kembali berupa perintah ke actuator.
Aktuator berfungsi sebagai pengeksekusi suatu perintah dari ECU.
Di tulisan ini, hanya
akan jelaskan macam-macam sensor beserta fungsinya.
1. Engine Control
Temperature (ECT)/Sensor Temperatur Mesin dan Intake Air Temperature
(IAT)/Temperatur udara masuk
(IAT)/Temperatur udara masuk
ECT berfungsi untuk
mendeteksi suhu air pendingin pada mesin
IAT berfungsi untuk mendeteksi suhu udara yang masuk
Cara Kerjanya:
Sensor yang dihubungkan
seri dengan tahanan dan diberi tegangan 5 V. Bila tegangan pada sensor berubah
(karena temperature), maka tegangan yang ke ECU juga berubah. Tegangan kerja
adalah 4,5 s/d 0,2 Volt, dari dingin ke panas
2. Throttle Position
Sensor (TPS)
TPS berfungsi untuk mengetahui derajat pembukaan katup gas dan
mengontrol jumlah udara yang masuk. Sensor ini terbuat dari bahan Karbon arang.
Range kerjanya adalah dalam % pembukaan katup gas (0 % = 0,5 Volt ----- 100 % =
4,7 Volt). Cara kerjanya: Tegangan 5 Volt dari ECU sebagai sumber, bila katup
gas dibuka akan membuat perbandingan tegangan yang berasal dari perbandingan
tahanan, sehingga mengeluarkan sinyal tegangan 0,5 s/d 4,7 Volt.
3. Air Flow Meter (Sensor Udara Masuk)
Air flow meter berfungsi
untuk mendeteksi jumlah udara yang masuk, dan ini dipakai pada system injeksi
jenis L-EFI.
Jenis-jenis Air Flow
Meter:
a. Sensor Flap (impact
pressure) Air Flow Sensor LMM
Jenis ini terbuat dari
tahanan geser (karbon arang). Cara kerjanya: pedal ditekan untuk membuka katup
gas. Udara diisap oleh pengukur jumlah udara. Pengukur aliran udara memberikan
informasi utama secara elektris ke unit pengontrol elektronika.
b. Sensor Massa Udara (Kawat dan Film Panas)
Jenis ini terbuat dari bahan kawat panas (platinum), Thermister,
Metallic Film. Prinsip kerjanya: kawat panas dijaga pada temperature tetap
dirangkai dengan termistor . Suatu aliran udara akan menyebabkan kawat panas
menjadi dingin, rangkaian elektronik akan mempertahankan temperature pada kawat
panas tetap. Pada waktu yang bersamaan, rangkaian elektronik mengukur arus yang
mengalir ke kawat panas dan mengeluarkan sinyal tegangan sebanding dengan
aliran arus.
c. Karman Vortex
Jenis Karman Vortex terbuat dari bahan Photo Coupler (LED dan Photo
Transistor). Cara kerjanya: Udara yang masuk dibuat pusaran oleh pembentuk pusaran
udara dan distabilkan oleh plat penstabil pusaran udara, kemudian diukur
melalui pemancar dan penerima gelombang frekuensi tinggi. Dengan sebuah
pengolah sinyal, gelombang frekuensi tinggi pada bagian penerima diubah
bentuknya menjadi impul tegangnan yang diterima oleh computer.
4. Manifold Absolute Pressure (MAP)
Fungsi MAP sensor adalah
untuk mengetahui tekanan udara yang masuk. Sensor ini terletak pada saluran
udara masuk setelah katup gas dan digunakan pada mesin injeksi jenis D-EFI.
Cara kerja MAP: Piezo Resistive adalah bahan yang nilai tahanannya tergantung
dari perubahan bentuk. Piezo resistive dibuat diafragma (Silicon chip)
berfungsi sebagai membrane antara ruangan vacuum (0,2 bar) sebagai referensi
dan ruangan yang berhubungan dengan intake manifold.
Perbedaan tekanan antara
ruang vacuum dengan intake manifold berakibat perubahan lengkungan pada
membrane silicon chip. Pengolah sinyal merubah menjadi tegangan sinyal. MAP
sensor mengeluarkan tegangan paling tinggi ketika tekanan intake manipold
adalah paling tinggi (kunci kontak “ON” mesin “MATI”, atau katup gas diinjak
tiba-tiba/Accelerasi). Begitu pula sebaliknya mengeluarkan tegangan paling
rendah jika terjadi decelerasi (perlambatan).
5. Sensor Gas Buang
Sensor ini berfungsi
untuk mengetahui kerusakan pada Katalik konventer dan sebagai system closed
loop A/F Rasio. Prinsip Kerjanya: Bila ada perbedaan jumlah O2udara luar, akan terjadi beda potensial antara kedua elektroda.
Tegangan maksimal 1 volt. Temperatur kerja min. 400C.
6. Sensor Putaran
6. Sensor Putaran
Sensor CKP dan CMP pada
distributor
Untuk system yang
pengajuannya dengan mikrokontrol, maka sinyal putaran (CKP) harus dilengkapi
dengan sensor posisi pada silinder (CMP). Sinyal ada yang di distributor dan di
poros engkol
b.
Sensor Induktif pada
poros engkol
Sensor ini terdiri dari
dua, yaitu: satu sensor induktif
Untuk system yang
pengajuannya dengan mikrokontrol, maka sinyal putaran (CKP) harus dilengkapi
dengan sensor posisi pada silinder (CMP). Sinyal ada yang di distributor dan di
poros engkol
b.
Sensor Induktif pada
poros engkol
Sensor ini terdiri dari
dua, yaitu: satu sensor induktif
dan dua sensor induktif (CKP dan CMP)
c.
Sensor Hall pada
distributor
d. Sensor
Photodioda
Berfungsi sebagai sensor
putaran dan TOP
77. Sensor Knoking
Sensor ini berfungsi untuk mengetahui knoking,
system closed loop pengapian dan mendeteksi octane bahan bakar. Prinsip kerja: Bila terjadi
knoking (pinking) akan terjadi getaran pada sensor knoking berupa nois. ECU
akan memundurkan saat pengapian 2 kali sampai tidak terjadi detonasi lagi.
Untuk 4 silinder perlu 1 sensor, 5 atau 6 silinder perlu 2 sensor, 8 lebih bisa
2 atau lebih sensor.